Nyata dalam Mimpi, Mimpi dalam Nyata (Cerbung)
" Apakabar nak?" Tanya seseorang yang sangat aku hafal muka bahkan raut wajahnya.
" Baik bah, abah bagaimana kabarnya?" Jawabku pada seorang kakek di hadapanku itu.
" Alhmadulillah, Tuhan selalu memberikan kabar kebaikan kepada abah, sehingga abah pun merasa sangat baik". Jawabnya terdengar bijak.
" Alhamdulillah, semoga Tuhan selalu memberikan kabar-kabar baik bah. Abah, ada perlu apa datang ke mari? adakah sesuatu yang begitu penting?" Tanyaku penasaran dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
" Ya , ada beberapa point penting yang harus abah sampaikan kepadamu".
" Apa itu bah?" Jawabku memotong.
" Nak, kamu tahu kenapa kamu selalu merasa resah dan selalu gelisah ?" Jawabnya seakan tahu akan segalanya tentang keadaan diriku.
Perkataannya membuatku diam sejenak, aku berfikir keadaanku belakangan ini. aku merasa begitu kosong dan terasa resah, bahkan hidupku seakan monoton dan tak ada yang menarik yang bisa aku ungkapkan.
Bahkan Sang waktupun seakan sangat membosankan dan berlalu begitu saja.aku masih ingat bagaimana keadaan tadi pagi hingga saat ini, tadi pagi aku hanya bergegas berangkat kuliah, duduk mengeikuti kuliah, kemudian pulang menunggu hujan reda, setelah di asrama kemudian aku tertidur. Aku rasa, belakangan ini harikupun terkesan sama .Tak ada yang menarik untuk aku ungkapkan meski itu sebuah ungakapan kegalauan hati yang tak tau apa yang sebenarnya membuat bebal pikiran.
" Nak !" Seru Abah membangunkan ingatanku atas tadi pagi.
" Iya bah? " Jawabku terkejut.
" Ingatlah nak, kamu tak akan pernah pergi dari sebuah cycle kehidupanmu sekarang ini, kalo kamu tak pernah memikirkannya." Kata abah.
" Maksudnya tak memikirkan bah?" Jawabku bingung, karena yang ku rasa akupun selalu memikirkan segala sesuatunya.
" Kamu ingat saat kamu masih ada di padepokan abah dulu nak?" Tannyanya sekaligus mengembalikan ingatanku.
" Iya bah, aku masih bisa mengingat beberapa moment, bagaimana keadaan disana sekarang bah?" Tanyaku di barengi dengan ingatanku kembali ke padepokan tempat dulu aku menimba ilmu. Sebenarnya itu adalah sebuah pondok pesantren, akan tetapi, karena metodhe pembelajaran yang agak berbeda banyak yang menganggap bahwa itu adalah padepokan.
" Disana baik-baik saja, tapi yang disini sedang dalam masa yang kritis". Jawab dia mempertajam pandangan kepadaku dan membuat aku semakin bingung.
" Jadi? Apa maksud kedatangan abah sebenarnya?" Tanyaku agak mulai bosan dengan cengkrama ini, meski beliau adalah orang yang aku kagumi, tapi aku tak memiliki respon saat ini. Entahlah apa yang sedang ada di otaku, tapi semua seaakan tak ada makna, bahkan ucapan guruku sendiri begitu tak bisa aku pahami.
"Lee,,, Abah gak bisa berpesan banyak kepadamu, mungkin iman yang ada dalam dadamu sedang tak ada. Mungkin ilmu yang kamu kuasaipun telah begitu tak ada manfaatnya. Tapi abah berpesan, jagalah apa yang seharusnya kamu jaga, dan jangan pernah kamu lalaikan itu". Jawabnya dengan tegas dan wibawa yang agung, seketika itu akupun tertunduk dan tak bisa berkata-kata. sakan ada sebuah karohmah yang membuatku begitu tunduk karena pandangannya. tapi tiba-tiba tanpa hal yang jelas aku terasa terguncang seakan aku hendak jatuh ke sebuah jurang yang begitu dalam, dan,,,
"BUGHT,,..." Suara tubuhku terjatuh dari tempat tidurku. Seketika reflek ke ilmuanku bangkit memagari semua tubuh yang lemah dari kesadaran setelah bermimpi yang seakan sangat nyata.
Bersambung.......
" Baik bah, abah bagaimana kabarnya?" Jawabku pada seorang kakek di hadapanku itu.
" Alhmadulillah, Tuhan selalu memberikan kabar kebaikan kepada abah, sehingga abah pun merasa sangat baik". Jawabnya terdengar bijak.
" Alhamdulillah, semoga Tuhan selalu memberikan kabar-kabar baik bah. Abah, ada perlu apa datang ke mari? adakah sesuatu yang begitu penting?" Tanyaku penasaran dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
" Ya , ada beberapa point penting yang harus abah sampaikan kepadamu".
" Apa itu bah?" Jawabku memotong.
" Nak, kamu tahu kenapa kamu selalu merasa resah dan selalu gelisah ?" Jawabnya seakan tahu akan segalanya tentang keadaan diriku.
Perkataannya membuatku diam sejenak, aku berfikir keadaanku belakangan ini. aku merasa begitu kosong dan terasa resah, bahkan hidupku seakan monoton dan tak ada yang menarik yang bisa aku ungkapkan.
Bahkan Sang waktupun seakan sangat membosankan dan berlalu begitu saja.aku masih ingat bagaimana keadaan tadi pagi hingga saat ini, tadi pagi aku hanya bergegas berangkat kuliah, duduk mengeikuti kuliah, kemudian pulang menunggu hujan reda, setelah di asrama kemudian aku tertidur. Aku rasa, belakangan ini harikupun terkesan sama .Tak ada yang menarik untuk aku ungkapkan meski itu sebuah ungakapan kegalauan hati yang tak tau apa yang sebenarnya membuat bebal pikiran.
" Nak !" Seru Abah membangunkan ingatanku atas tadi pagi.
" Iya bah? " Jawabku terkejut.
" Ingatlah nak, kamu tak akan pernah pergi dari sebuah cycle kehidupanmu sekarang ini, kalo kamu tak pernah memikirkannya." Kata abah.
" Maksudnya tak memikirkan bah?" Jawabku bingung, karena yang ku rasa akupun selalu memikirkan segala sesuatunya.
" Kamu ingat saat kamu masih ada di padepokan abah dulu nak?" Tannyanya sekaligus mengembalikan ingatanku.
" Iya bah, aku masih bisa mengingat beberapa moment, bagaimana keadaan disana sekarang bah?" Tanyaku di barengi dengan ingatanku kembali ke padepokan tempat dulu aku menimba ilmu. Sebenarnya itu adalah sebuah pondok pesantren, akan tetapi, karena metodhe pembelajaran yang agak berbeda banyak yang menganggap bahwa itu adalah padepokan.
" Disana baik-baik saja, tapi yang disini sedang dalam masa yang kritis". Jawab dia mempertajam pandangan kepadaku dan membuat aku semakin bingung.
" Jadi? Apa maksud kedatangan abah sebenarnya?" Tanyaku agak mulai bosan dengan cengkrama ini, meski beliau adalah orang yang aku kagumi, tapi aku tak memiliki respon saat ini. Entahlah apa yang sedang ada di otaku, tapi semua seaakan tak ada makna, bahkan ucapan guruku sendiri begitu tak bisa aku pahami.
"Lee,,, Abah gak bisa berpesan banyak kepadamu, mungkin iman yang ada dalam dadamu sedang tak ada. Mungkin ilmu yang kamu kuasaipun telah begitu tak ada manfaatnya. Tapi abah berpesan, jagalah apa yang seharusnya kamu jaga, dan jangan pernah kamu lalaikan itu". Jawabnya dengan tegas dan wibawa yang agung, seketika itu akupun tertunduk dan tak bisa berkata-kata. sakan ada sebuah karohmah yang membuatku begitu tunduk karena pandangannya. tapi tiba-tiba tanpa hal yang jelas aku terasa terguncang seakan aku hendak jatuh ke sebuah jurang yang begitu dalam, dan,,,
"BUGHT,,..." Suara tubuhku terjatuh dari tempat tidurku. Seketika reflek ke ilmuanku bangkit memagari semua tubuh yang lemah dari kesadaran setelah bermimpi yang seakan sangat nyata.
Bersambung.......
Komentar
Posting Komentar